TADABBUR AL-QURAN
Akan Ditanya Berbagai Nikmat
Tadabbur Surah al-Takatsur ayat 8
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ
Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).
Ayat yang paling agung dalam al-Quran. Semua yang diberikan oleh Allah Swt untuk manusia adalah kenikmatan.
Tugas kita sebagai orang yang beriman adalah bersyukur dengan menjadikan segala nikmat DALAM rangka ketaatan kepada Allah Swt. karena setiap nikmat yang kita rasakan akan ditanya Dan diminta pertanggung jawaban di hari kemudian.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كل نعيم فهو مسؤول عنه، إلا نعيما في سبيل الله عز وجل
“Semua kenikmatan akan ditanya, kecuali kenikmatan di jalan Allah”.
Diantara kenikmatan yang akan ditanya oleh Allah Swt adalah nikmat berupa makanan, kesehatan, dan keamanan.
Makanan
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah makan bersama para sahabatnya dengan makanan yang sederhana dengan kurma dan air zamzam, beliau kemudian berkata:
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 8).
Sampai-sampai seorang sahabat bertanya, ”Sampai hanya sekedar kurma dan air ya Rasulullah kita pun akan ditanya di hari kemudian nanti?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata, ”Benar” seraya menyebutkan ayat di atas.
والَّذي نفسي بيدِهِ منَ النَّعيمِ الَّذي تسألونَ عنْهُ يومَ القيامةِ ظلٌّ باردٌ ورطبٌ طيِّبٌ وماءٌ باردٌ
Di dalam satu riwayat disebutkan, seseorang bertanya kepada Abu Abdurrahman al-Hubuli, Bukankah kami termasuk orang fakir dari Muhajirin? Lantas ia bertanya: Bukankah kamu punya seorang perempuan yang melayanimu? Ia menjawab, ya. Bukankah kamu punya tempat tinggal? ia menjawab, ya. Ia menjawab: Maka kamu bukan termasuk orang fakir dari Muhajirin.
Nikmat itu bukan apa yang dihitung manusia, tetapi apa yang dihitung oleh Allah. Memiliki rumah sederhana adalah rezeki, dan itu akan ditanyakan nanti di akhirat.
Maka Nabi saw pernah berdoa agar dia dikumpulkan bersama orang-orang Miskin, karena kelak Mereka tidak mendapatkan perhitungan atau perhitungan Amal Mereka tidak banyak, berbeda halnya dengan orang kaya, semua kenikmatan harta benda dan jabatan akan dipertanyakan.
Lantas bagaimana agar nikmat makanan yang kita rasakan bukan menjadi sebuah pertanayaan yang memberatkan kita di akhirat nanti?
Salah satu caranya adalah dengan membaca basmalah setiap memulai makan atau minum dan menutupnya dengan mengucapkan hamdalah. Hal ini sebagaimana keterangan Dari Ibrahin al-Nakha’i.
عن إبراهيم النَّخْعي قال: مَن أكل فسمّى الله، وفرغ فحمد الله؛ لم يُسئل عن نعيم ذلك الطعام
Ibrahin al-Nakha’i mengatakan;
Siapa yang memulai makan dengan menyebut nama Allah dan mengakhiri dengan pujian kepada Allah. Tidak akan ditanya kelak atas kenikmatan makanan tersebut.
Sehat
Di antara nikmat yang akan ditanyakan pada hamba di hari kiamat nanti adalah nikmat sehat. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِى الْعَبْدَ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيكَ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
“Sungguh nikmat yang akan ditanyakan pada hamba pertama kali pada hari kiamat kelak adalah dengan pertanyaan: “Bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada badanmu dan telah memberikan padamu air yang menyegarkan?” (HR. Tirmidzi no. 3358).
Ibnu ‘Abbas menjelaskan lebih jauh mengenai surat At Takatsur ayat 8
النعيم : صحَّةُ الأبدان والأسماع والأبصار ، يسأَلُ الله العبادَ : فيما استعملوها ؟ وهو أعلمُ بذلك منهم ، وهو قوله تعالى : { إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً } .
“Yang namanya nikmat adalah badan, pendengaran dan penglihatan yang dalam keadaan sehat. Allah kelak akan menanyakan mengenai nikmat tersebut untuk apakah dimanfaatkan?” Allah yang pasti mengetahui hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al Isra’: 36). (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 77).
Rasa Aman
Ibnu Mas’ud berkata,
النعيمُ : الأمنُ والصحة
“Termasuk nikmat adalah rasa aman dan sehat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir. Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 77).
Rasa aman adalah suatu nikmat. Rasa aman lebih mahal dari kesehatan. Jika sakit tapi tetap merasa aman, tidak merasakan penyakitnya, namun yang tidak merasa aman, walau sehat, akan selalu merasa terganggu hidupnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa rasa aman adalah suatu nikmat yang besar. Coba perhatikan hadits berikut.
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141)
Nikmat Diniyyah dan Dunyawiyah
Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum (2: 82) menjelaskan bahwa nikmat itu ada dua macam;
- Nikmat diniyyah (agama)
- Nikmat duniawiyah (duniawi).
Keadaan selamat, terhindar dari bahaya, kesehatan dan rizki adalah nikmat duniawiyah. Sedangkan bersyukur dengan mengucapkan ‘alhamdulillah’, itu pun nikmat.
Hadis Qudsi tentang Pentingnya Membantu Orang Lain
Mari menyimak dan menghayati Hadits qudsi berikut ini yang menunjukkan bahwa Allah bersama orang yang membutuhkan.
Ketika kita punya harta Dan kemampuan, berikanlah kepada orang lain, karena ada hak Mereka yang mesti kita tunaikan. Harta kita bukan punya kita, ada bagian orang lain yang meskit kita berikan.
يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي
Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati Aku di sisinya.
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim no. 2569]
Hadis ini mengungkapkan dialog antara Allah dengan hamba-Nya menggunakan kata-kata kiasan. Sebab Allah Maha Suci dari kekurangan dan kelemahan yang biasa menjadi sifat yang melekat pada makhluk.
Lapar, haus dan sakit adalah kelemahan yang melekat pada makhluk dan hal-hal tersebut sama sekali jauh dari sifat-sifat Allah Swt. Maksud dari kata kiasan yang digunakan oleh Rasulullah Saw dalam hadits ini, dalam ilmu balaghah disebut dengan tasybih baligh. Artinya, ungkapan yang sangat mendalam untuk menggambarkan suatu kondisi sehingga pendengarnya ikut larut dalam kesedihan atau kegembiraan, simpati atau antipati terhadap keadaan yang digambarkan oleh pembicara.
Menggunakan ungkapan dengan bahasa kiasan seperti yang diutarakan oleh Rasulullah Saw pada hadits di atas, dimaksudkan untuk mengetuk hati manusia yang paling halus, paling sensitif agar bersungguh-sungguh memperhatikan nasib orang lain yang sedang mengalami penderitaan dan berjuang sepenuh hati untuk menyelamatkan si penderita.
Keselamatan orang lain dikaitkan dengan bantuan yang kita berikan kepadanya membuktikan, bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menyelamatkan orang lain dari ancaman kemusnahan atau penderitaan. Sehingga manusia selamat dan hidup sejahtera, aman dan tenteram di dunia ini.
Oleh karena itu, untuk mendorong hati manusia menaruh rasa belas kasih kepada sesamanya, peduli terhadap sesama, Allah gambarkan orang-orang yang sedang sakit atau menderita kehausan dan kelaparan sebagai kondisi yang dialami oleh Allah sendiri.
Dengan demikian orang-orang yang beriman dimotivasi, ditumbuhkan semangatnya agar peduli dan bermurah hati membantu orang yang lapar atau kehausan atau orang yang sedang sakit dengan menjenguknya. Orang-orang yang berbuat kebaikan semacam ini Allah janjikan keselamatan dan pahala di akhirat dengan balasan tidak terhingga.
Sumber:
- Jumal Ahmad, Tafsir surah al-Takatsur, Slideshare. https://www.slideshare.net/slideshow/tafsir-surat-at-takatsur/15735011
- Jumal Ahmad, Allah bersama Orang yang Susah, Ahmadbinhanbal.com. Oktober 18, 2017. https://ahmadbinhanbal.com/allah-bersama-orang-yang-susah/
- Jumal Ahmad, Rasa Aman, Ahmadbinhanbal.com. November 28, 2017. https://ahmadbinhanbal.com/rasa-aman/