tadabbur al-quran
3 Tingkatan Keyakinan
Tadabbur Surah al-Takatsur ayat 5–7
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ ﴿٧
(5). Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti,
(6). niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,
(7). kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,
Warning akan bahaya At-Takatsur kembali diulang oleh Allah. Jikalah kalian mengetahui dengan pasti bahaya At-Takatsur itu, kalian akan berupaya keras untuk menghindarinya. Jika kalian tetap melalaikannya, maka kalian dengan pasti akan melihat Neraka Jahim. Dan lagi-lagi, Allah kembali memberikan warning, kalian benar-benar akan melihatnya dengan pasti !
Jika kita hitung, warning dari Allah akan bahaya At-Takatsur itu berjumlah 5 kali, 3 kali dengan sighat “Kalla” yang terdapat pada ayat ke-3, 4 dan 5 dan dengan menggunakan ”‘Lam Taukid ditambah Nun Taukid Tsaqilah”. Jika warningnya sampai 5 kali, maka sudah pasti bahwa At-Takatsur itu sangat berbahaya !
Maksud mengetahui dengan pasti pada ayat ini ada 3
- Ketika datangnya kematian.
- Ketika hari berbangkit
- Ketika menerima lembaran amal.
Ayat ini menyebutkan tiga tingkatan keyakinan yaitu ilmul Yaqin, haqqul Yaqin dan Ainul Yaqin. Berikut penjelasan dari setiap istilah tersebut.
Ilmul Yaqin
keyakinan yang kita peroleh berdasarkan informasi yang kita percayai kebenarannya, meskipun kita belum pernah melihat dan membuktikannya sendiri.
Haqqul Yaqin
Keyakinan yang kita peroleh berdasarkan informasi dari orang yang terpercaya, yang ketsiqahannya sampai pada derajat mutawatir. Atau keyakinan yang kita peroleh berdasarkan pengalaman sendiri. Jadi bukan hanya katanya. Bukan pula sekedar melihat. Namun benar-benar melakukan dan mengalaminya sendiri.
Ainul Yaqin
Keyakinan yang kita peroleh berdasarkan kenyataan yang pernah kita lihat sendiri.
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ
Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti.
Musthafa al-Maraghi menjelaskan dalam kitab Tafsirnya, bahwa jika kalian mengetahui akibat dari pebuatan itu, maka kalian akan meninggalkan perlombaan kesombongan, keangkuhan, saling berbangga-bangga tersebut, kemudian seluruh potensi yang ada pada kalian akan di arahkan untuk kepentingan-kepentingan amal saleh.
Jadi, apa yang kalian yakini sekarang, yakni bahwa kalian menganggap bohong akibat yang menimpa, berarti kalian belum mengetahui hakikat yang sebenarnya. Dan itu merupakan hanya merupakan sangkaan dan dugaan yang suatu ketika bisa berubah, karena tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Yang dimaksud dengan ‘ilm (mengetahui) seharusnya
ialah ilmu secara yakin dan sesuai dengan kenyataan,dapat diindera oleh alat atau dalil yang benar, yang kebenarannya diperkuat oleh akal atau adanya nash sahih yang dikatakan oleh Nabi saw.
Dengan ayat ini tiada lain Allah mempertegas celaan-Nya karena terlalu mereka bersikap sombong. Menurut kebiasaan, jika seseorang lalai terhadap peringatan yang akan berakibat pada mereka, akan mengatakan, “kami mengetahui akibat perbuatan ini, dan kami benar-benar sadar dalam mengerjakan perbuatan tersebut” Karenanya, Allah mempertegas peringatannya melalui ayat ini. (Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm. 406)
لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ ﴿
Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim. Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Ayat ini Allah menerangkan sebagian azab yang akan dialami oleh orang yang bermegah-megah itu karena kelalaian tersebut. Mereka akan ditimpa azab di akhirat, dan pasti akan melihat tempat itu dengan mata kepala
mereka sendiri.
Maksud perkataan “melihat neraka jahim” adalah merasakan azabnya,
sesuai dengan tujuan al-Quran dalam pemakaian kata-kata tersebut.
Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar menjelaskan, Allah menguatkan isi ayat sebelumnya bahwa azab itu benar-benar akan dirasakan oleh orang yang terperdaya itu. Oleh karena itu siapa saja dan dari golongan apa saja hendaknya bertakwa kepada Tuhannya serta menghindari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka disiksa.
Hendaknya seseorang itu memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang ada padanya untuk dipelihara dan dipergunakan sesuai dengan fungsi nikmat tersebut. Juga hendaknya mereka tidak melakukan kejahatan, mengada-ngadakan kemunkaran, dan mengharap-harap ampunan Allah Swt. Hanya semata-mata dengan pengakuan beragama Islam dengan memakai nama dan gelar muluk-muluk, sedangkan ia menyalahi hukum-hukum al-Quran dan melakukan tindakan yang sama dengan musuh Islam. (Hamka, Tafsir al-Azhar juz 30, hlm. 254)
Sumber:
Jumal Ahmad, Tafsir surah al-Takatsur, Slideshare, 2012. https://www.slideshare.net/slideshow/tafsir-surat-at-takatsur/15735011
Tafsir al-Azhar.
Tafsir al-Maraghi.
Baca Tadabbur lainnya dari surah al-Takatsur